Sebuah Alasan
Angin berhembus
musim berganti
daun gugur, rintik hujan,
tercipta untuk sebuah alasan
Kau masih berdiri di tempat itu
memandang dan melambaikan tangan padaku
disudut yang berbeda kutersenyum padamu
dengan penuh cinta dan kasih sayang
terdengar bijak memang
tetapi tetap saja menyedihkan
andai saja kau mengerti
saat itu aku pura-pura tersenyum padamu
sebab kutakingin kau bersedih
terlebih lagi membuatmu menangis
Hati ini terlalu rapuh
hingga melangkah untuk pergipun menjadi sesuatu yang menakutkan
bagiku begitupun denganmu
ada semacam perih dihati ini
namun inilah realita hidup
akan selalu ada pembenaran teoritis disetiap peristiwa
lalu dapatkah kita menerima setiap alasan atas tragedi itu
Entahlah.
Situasi ini terlalu pelik untuk dikompromi
namun kutakingin cinta yang telah tertata rapi seketika
pudar larena jarak dan keterpisahan
tenggelam oleh ketidakberdayaan
dan musnah terkikis masa
Suatu saat nanti kebahagiaan akan datang
dan jarak akan segera luruh
bersedih lalu bahagia
adalah konsekuensi logis yang harus diterima
Percayalah
jika masa itu menghampiriku
Kau akan kubawa bersamaku
mengarungi luasnya samudra yang selama ini kau impikan
Kuingin kau meyakini itu..
Yogyakarta, 12 Agustus 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Sebuah Alasan "